search blog

Sabtu, 24 Juli 2010

Kewajiban Umat Islam Sholat


Semoga kita tetap istikhomah dengan Islam, dan menikmati indahnya islam dengan berusaha keras memenuhi perintah Allah yaitu beramal sholeh, mendirikan sholat dan membayar zakat.

Dirikanlah sholat, sungguh ini merupakan kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman – Qs. 4 an-nisaa’ :103- 104

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak mereka bersedih hati. -Qs. al-Baqarah 2:277

Perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sholat ; dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya – Qs. 20 thaahaa: 132

Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’. – Qs. 2 al-Baqarah : 43

Al-Quran secara tegas menyatakan bahwa Sholat sudah dilakukan oleh umat-umat sebelumnya, seperti perintah Sholat kepada:

* Nabi Ibrahim dan anak cucunya [Lihat surah 21 al-anbiya ayat 73 dan surah 19 Maryam ayat 55],
* Kepada Nabi Syu’aib [Lihat surah 11 Huud ayat 87],
* Kepada Nabi Musa [Lihat surah 20 Thaahaa ayat 14] dan
* Kepada Nabi Isa al-Masih [Lihat surah 19 Maryam ayat 31].

Pernyataan al-Qur’an tersebut dibenarkan juga oleh cerita-cerita yang ada dalam Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang mengisahkan tata cara beribadah para Nabi sebelum Muhammad yaitu ada berdiri, ruku dan sujud yang jika dirangkai maka menjadi Sholat seperti Sholatnya umat Islam (silahkan merujuk pada Kitab Keluaran 34:8, Kitab Mazmur 95:6, Kitab Yosua 5:14, Kitab I Raja-raja 18:42, Kitab Bilangan 20:6, Lukas 22:41, Markus 14:35)

Pengembangan Iptek


Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek: (a) berseberangan atau bertentangan, (b) bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai, (c) tidak bertentangan satu sama lain, (d) saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau iptek mendasari penghayatan agama.

Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek akan menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman agama dapat menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan. Orang yang ingin menekuni ajaran agama akan cenderung untuk menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan oleh manusia.
Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa masing-masing mempunyai wilayah kebenaran yang berbeda. Kebenaran agama dipisahkan sama sekali dari kebenaran ilmu pengetahuan. Konflik antara agama dan ilmu, apabila terjadi, akan diselesaikan dengan menganggapnya berada pada wilayah yang berbeda.

Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran ajaran agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan iptek, ajaran agama tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali. Dalam masyarakat di mana pola hubungan seperti ini terjadi, penghayatan agama tidak mendorong orang untuk mengembangkan iptek dan pengembangan iptek tidak mendorong orang untuk mendalami dan menghayati ajaran agama. Keadaan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler. Karena masyarakatnya sudah terbiasa dengan pemisahan agama dan negara/masyarakat, maka. ketika agama bersinggungan dengan ilmu, persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak karena tampak terasa aneh kalau dikaitkan.

Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama mendukung pengembangan iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung ajaran agama, pengembangan iptek mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya.

Agama dengan Iptek

Agama dengan Iptek


Pemikiran klasik telah mengondisikan agama dan ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) sebagai dua dunia berbeda yang mesti terpisah keberadaannya. Berabad-abad lamanya, hubungan historis antara agama dan iptek menunjukkan 'model perang'. Dari perspektif agama, iptek adalah produk dunia yang harus dihindari dan perlu menjaga jarak karena dianggap akan merusak doktrin agama. Pendapat fundamental tokoh agama akhirnya merasuk dan mempengaruhi pola perilaku setiap pemeluknya, sehingga mereka menganggap iptek sebagai musuh berat. Hal ini terlihat dengan adanya semacam pemahaman turun temurun dari generasi ke generasi untuk tidak mencurahkan perhatian lebih banyak kepada iptek.

Tidak dapat disangkal, teori evolusi yang dipelopori Darwin tentang manusia kera menuai kritik keras dari kalangan teolog atau tokoh agama. Teori ini dianggap memberontak otoritas kitab suci. Teori Galile Galileo tentang matahari sebagai pusat tata surya, mengakibatkan gereja kehilangan akal sehat. Akibatnya, Galileo harus menerima hukuman dibakar hidup-hidup. Inilah contoh konkret betapa bencinya agama kepada iptek.

Hal serupa juga terjadi pada iptek. Tanpa ragu, iptek mengklaim keberadaan agama jauh lebih rendah darinya. Agama dianggap kolot dengan argumen irasionalnya yang tidak bisa diterima secara ilmiah. Iptek mengklaim, agama hanya milik orang yang tidak mau berpikir dan terpenjara dalam gua tanpa mendapatkan sinar/pencerahan. Klaim ini didasari bukti di mana agama tidak bisa dikaji secara epistemologis dan ilmiah.

Pendidikan IMTAQ


Pendidikan IMTAQ

RAMADAN adalah bulan yang di dalamnya terdapat proses pembelajaran bagi ummat Islam, untuk mencapai prestasi terbaik menurut Allah SWT, yaitu menjadi muttaqin. Melalui olah lahiriyah, manusia dididik untuk menahan dan mengendalikan sifat hayawaniyah. Pengendalian diri terhadap hal-hal duniawiyah menjadi media yang efektif untuk lebih memudahkan manusia mendekatkan diri dan cinta kepada Allah SWT.

Kedekatan dan cinta manusia terhadap Allah SWT dicapai melalui pendirian salat wajib dan sunnah, berdzikir, membaca Alquran, serta amalan-amalan lain yang diridloi oleh Allah SWT menjadi modal penting untuk mencapai predikat taqwa dalam arti yang sesungguhnya.

Selain berpuasa, sarana lain untuk mencapai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT adalah dengan pendidikan. Pembentukan karakter bangsa Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan demokratis sebagaimana yang selalu dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional sudah sepatutnya selama Ramadan direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari.

Peningkatan imtaq terhadap Tuhan YME juga tidak boleh hanya sebatas menulisnya dalam visi dan misi setiap sekolah yang unggul dalam prestasi dan luhur budi pekerti. Semua sekolah harus segera membuat action plan tentang pembelajaran bervisi Imtaq, melaksanakannya, dan mengevaluasinya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Implementasi pendidikan Imtaq terhadap Tuhan YME juga membutuhkan konsistensi Pemerintah terhadap pencapaian tujuan pendidikan nasional dan regulasi bidang pendidikan yang jelas agar guru-guru mau dan mampu merealisasikannya dalam setiap mata pelajaran serta semua tingkatan dengan pembelajaran bervisi imtaq.

Kemauan dan kemampuan guru mengintegrasikan nilai-nilai Imtaq siswa terhadap Tuhan YME memerlukan petunjuk pelaksanaan dan teknis dari Pemerintah yang simple dan mudah dipraktikkan di sekolah. Tindak lanjut dari proses dan hasil belajar bervisi imtaq adalah dengan evaluasi pembelajaran yang memprioritaskan aspek afektif.